Dalam kitab Dzammul Hawa, Abul Faraj Ibnul Jauzi menyebutkan kisah bahwa dahulu ada seorang laki-laki melintasi suatu pekuburan. Lalu, tiba-tiba ia melihat wanita cantik yang berpakaian hitam. Wanita itu demikian memikat hatinya. Lalu, laki-laki itu menulis risalah untuk wanita tersebut,
قد كنت أحسب أن الشمس واحدة … والبدر في منظر بالحسن موصو>ف
حتى رأيتك في أثواب ثاكلة … سود وصدغك فوق الخد معطوف
فرحت والقلب مني هائم دنف … والكبد حرى ودمع العين مذروف
ردي الجواب ففيه الشكر واغتنمي … وصل المحب الذي بالحب موقوف
pantai
Sungguh, aku menduga bahwa matahari itu satu
Dan bulan purnama dalam penglihatan tampak indah
Hingga aku melihatmu dalam pakaian berwarna hitam
Dan pelipismu di atas pipimu bersambungan
Aku gembira namun hatiku sangat bingung
Hati bingung dan air mata mengalir deras
Jawablah dan kuucapkan terima kasih
Carilah kesempatan untuk menghubungi kekasih
Yang sedang menunggu cintamu…
Laki-laki itu melemparkan risalahnya itu kepada wanita itu dan wanita itu pun membacanya. Setelah selesai membacanya, ia menulis jawaban dengan syair:
إن كنت ذا حسب باق وذا نسب … إن الشريف غضيض الطرف معروف
إن الزناة أناس لا خلاق لهم … فاعلم بأنك يوم الدين موقوف
واقطع رجاك كاك الله من رجل … فإن قلبي عن الفحشاء مصروف
Jika kamu masih punya kedudukan dan nasab
Orang mulia itu dikenal menahan pandangannya
Sesungguhnya pezina adalah manusia yang tidak memiliki keberuntungan
Maka ketahuilah bahwa kamu akan diberdirikan di hari pembalasan
Putuskan harapanmu, niscaya Allah menghentikan kakimu
Sebab, hati berpaling dari kenistaan
Ketika si laki-laki membaca syair si wanita, ia mencela dirinnya sendiri seraya berkata,
لبئس امرأة تكون أشجع منك
Celaka, ternyata wanita itu lebih pandai bersajak daripada dirimu
Lalu, laki-laki itu pun bertaubat…
(Lihat kisah selengkapnya dalam kitab ذم الهوى /Dzammul Hawa/ karya Ibnul Jauzi, yang ditahqiq Mushtafa Abdul Wahid, hal. 79)
قد كنت أحسب أن الشمس واحدة … والبدر في منظر بالحسن موصو>ف
حتى رأيتك في أثواب ثاكلة … سود وصدغك فوق الخد معطوف
فرحت والقلب مني هائم دنف … والكبد حرى ودمع العين مذروف
ردي الجواب ففيه الشكر واغتنمي … وصل المحب الذي بالحب موقوف
pantai
Sungguh, aku menduga bahwa matahari itu satu
Dan bulan purnama dalam penglihatan tampak indah
Hingga aku melihatmu dalam pakaian berwarna hitam
Dan pelipismu di atas pipimu bersambungan
Aku gembira namun hatiku sangat bingung
Hati bingung dan air mata mengalir deras
Jawablah dan kuucapkan terima kasih
Carilah kesempatan untuk menghubungi kekasih
Yang sedang menunggu cintamu…
Laki-laki itu melemparkan risalahnya itu kepada wanita itu dan wanita itu pun membacanya. Setelah selesai membacanya, ia menulis jawaban dengan syair:
إن كنت ذا حسب باق وذا نسب … إن الشريف غضيض الطرف معروف
إن الزناة أناس لا خلاق لهم … فاعلم بأنك يوم الدين موقوف
واقطع رجاك كاك الله من رجل … فإن قلبي عن الفحشاء مصروف
Jika kamu masih punya kedudukan dan nasab
Orang mulia itu dikenal menahan pandangannya
Sesungguhnya pezina adalah manusia yang tidak memiliki keberuntungan
Maka ketahuilah bahwa kamu akan diberdirikan di hari pembalasan
Putuskan harapanmu, niscaya Allah menghentikan kakimu
Sebab, hati berpaling dari kenistaan
Ketika si laki-laki membaca syair si wanita, ia mencela dirinnya sendiri seraya berkata,
لبئس امرأة تكون أشجع منك
Celaka, ternyata wanita itu lebih pandai bersajak daripada dirimu
Lalu, laki-laki itu pun bertaubat…
(Lihat kisah selengkapnya dalam kitab ذم الهوى /Dzammul Hawa/ karya Ibnul Jauzi, yang ditahqiq Mushtafa Abdul Wahid, hal. 79)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar